Apabila di antara kita ditanya tentang keberhasilan kita, hal pertama yang kita sebutkan adalah bekerja keras. Dalam pemikiran kita, etika ”Kerja Keras” udah sedemikian berurat akar sehingga secara naluri kita mengaku mempunyai sifat kerja keras ini. Seolah-olah kita lemah apabila kita tidak memiliki sifat ini dan sebaliknya kita kuat apabila kita memilikinya. Banyak yang mengaku berhasil karena semata-mata factor kerja keras tersebut, sementara dengan enaknya mereka mengabaikan unsure-unsur yang lain yang mendukungnya. Seperti apa yang dikatakan Don Marquis, “Bila seseorang mengatakan pada anda bahwa dia menjadi kayak arena factor kerja keras, tanyakanlah kepadanya: Milik siapa?
Kita sering mendengar tentang kerja keras dan keberhasilan, tetapi barangkali kerja keras dan kegagalanpun terjadi sama pula seringnya. Beberapa di antara kita bekerja keras dan kemudian dipecat. Yang lain bekerja keras dalam perkawinan, tetapi akhirnya mengalami perceraian. Yang lain lagi belajar dengan keras di sekolah tetapi tidak berhasil naik kelas, lulus ataupun memperoleh pekerjaan.Kadang-kadang kerja keras memang benar-benar membedakan antara keberhasilan dan kegagalan. Persoalannya adalah kita cenderung melebih-lebihkan nilainya dan mengabaikan criteria yang lain yang sama pentingnya bagi suatu keberhasilan. Untungnya atau celakanya, hasil-hasil yang diperoleh dari kerja keras jarang sekali seimbang dengan curahan keringat yang ditumpahkan. Bekerja keras banting tulang hanya menjamin anda pada dua hal: membuat tubuh menjadi semakin bungkuk dan hidung menjadi semakin pesek.

No comments:
Post a Comment