Sunday, April 26, 2009

Pita 11 "Keadilan bagi Semua"

Kita sering mendengar tentang keadilan. Guru-guru, pemerintah-pemerintah, para pengacara, para polisi, para politisi dan para rohaniwan, semuanya meneriakkan keadilan. Ini mirip sifat keibuan.

Siapa yang menentangnya? Namun, pada kenyataannya tetap saja bahwa dunia ini bukan merupakan dunia yang adil. Kehidupan itu tidak jujur dan tidak akan pernah menjadi jujur. Seringkali kehidupan itu sulit bagi kita. Anda melakukan pekerjaan dan orang lain yang memperoleh hasilnya. Ini tidak jujur. Seseorang mendapatkan promosi karena karena dia lebih bersahabat dengan pimpinan. Ini tidak jujur. Pimpinan anda marah, Anda dipermasalahkan dan anda dipecat. Ini tidak jujur. Anda berkerja dua kali lebih giat dari pada tetangga anda dan dua kali lebih gesit, namun anda memperoleh gaji setengahnya. Ini tidak jujur. Kemungkinan untuk terjadinya ketidak-jujuran adalah tidak terbatas.

Hidup tidak berhutang apapun pada kita. Namun kita bertingkah laku seolah-olah kita telah menanda-tangani sebuah kontrak sebelum lahir, yang menjamin kita tentang adanya kejujuran. Bila ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai dengan kehendak kita, kita membuang sejumlah besar waktu dan enerji untuk mengeluhkan ketidak-adilan yang terjadi dan yang diperlakukan terhadap kita.
"Itu tidak jujur!"
"Saya ditekan"
"Kalau saja ini bukan untuk mereka!"
"Apakah saya boleh melakukan sesuatu untuk anda?"
"Saya telah mendapatkan hal-hal yang buruk"

Lebih buruk lagi, banyak diantara kita yang telah mempergunakan situasi adanya ketidakadilan itu sebagai alasan untuk keluar dari persoalan. Apakah gunanya selalu berusaha bila hidup tidak berarti apa-apa kecuali kesempatan-kesempatan yang selalu buruk? Maka, sebagai tambahan atas keborosan waktu terhadap kemalangan-kemalangan masa lampau, kita memberi pukulan kedua pada diri kita sendiri dengan membiarkan untuk tidak mampu mengerahkan diri. Kita hanya menyerah saja.

Kisah keadilan diatasi dengan menyatakan kenyataan bahwa keadilan itu tidak ada. Keadilan, seperti halnya dengan keindahan, hanya berada di mata si penonton.

Bila nasib tidak ramah pada anda, terimalah kemalangan tersebut sebagai apa adanya dan putuskan untuk mempelajari sesuatu dari kemalangan tersebut yang akan memberi pelajaran pada anda untuk masa mendatang. Selanjutnya, bergegaslah untuk kembali pada usaha-usaha hidup selanjutnya, nikmatilah dan capailah. Dengan membiarkan diri anda menjadi tidak mampu mengerahkan diri dan berkubang diri dalam penyesalan, bukan merupakan akibat dari adanya perlakuan buruk. Melainkan lebih merupakan suatu pilihan yang telah kita lakukan dari waktu ke waktu.

Inilah dunia yang tidak adil, dan tidak ada jaminan bahwa anda akan berhasil bila anda mencobanya. Namun satu hal sudah pasti : Anda tidak akan berhasil bila anda tidak mencobanya.

No comments:

Post a Comment